SYASYA SI PENJAGA SELIMUT
SYASYA SI PENJAGA SELIMUT
Syasya
bukanlah nama orang. Syasya adalah nama seekor kucing betina yang cantik. Bukan
jenis kucing kampung, tapi kucing balsteran. Rere mendapatkannya dari Bunda
saat ia merayakan ulang tahun yang ke-10 tahun. Rere yang memberinya nama.
Diberi nama Syasya karena terasa enak saja Rere mengucapkannya dan terkesan
akrab, terkesan sudah lama mengenalnya. Semua anggota keluarga Rere, dari ayah
, bunda, kakak, dan nenek memanggil kucing cantik itu Syasya.
Syasya
mempunyai bulu lurus dan lembut. Bulunya lebat dan tidak rontok. Ayah bundanya
raijin merawat Syasya. Semua peralatan makan dan mandi Syasya lengkap mereka
siapkan. Syasya seperti anak seorang raja. Terjamin dan terawat. Dalam kontes
kucing, Syasya selalu juara. Ternyata, kucing yang bagus itu yang bersih dan
terawat. Telinganya bersih, bulunya halus dan lembut, mata dan mulutnya bersih,
enak dipandang dan dijadikan teman bermain.
Rere
sebenarnya kurang perhatian terhadap Syasya. Maklum ia masih kecil. Ia belum
bisa merawat Syasya sebaik bundanya. Rere juga tidak tahu kebiasaan-kebiasaan
Syasya seperti kapan waktu pup, di mana pipis, kapan saja waktu makan, dan
berapa harisekali memandikannya. Semua tugas itu bunda yang lebih banyak
berperan. Rere hanya menikmati bermainnya bersama Syasya.
Agar Rere
tahu, bundanya pun akhirnya bercerita bahwa Syasya bukan kucing sembarangan.
Syasya termasuk kucing berjenis perawat. Syasya seolah-olah bertugas sebagai
baby sitter. Bundanya sering mengintip ketika Rere pulas. Syasya menungguinya
di tepi tempat tidur Rere. Bundanya sering melihat Syasya membetulkan dan
menarik selimut yang dipakai Rere ketika tidur kembali menutupi tubuh Rere yang
pulas. Syasya melakukannya dengan sangat baik. Bunda menceritakannya kepada
Rere juga dengan sangat baik.
Rere terkesan
mendengar cerita bundanya.
“Benarkah
Bunda?”
“Iya sayang.
Ini videonya! Bunda sempat sekali merekamnya.”
Bunda Rere
menunjukkan tayangan video di handphonenya.
“Ini Syasya?”
“Ini sayang.
Itu Syasyamu!”
“Aaa, so
sweet! Makin sayang deh Rere ma Syasya. Mana Syasya, Bun? Tunggu Bun, ya?” Rere
menghapur keluar kamarnya mencari Syasya. Ia ingin memeluknya sebagai tanda
kasih sayang karena Syasya telah menjaga tidur dan membetulkan selimutnya tiap
malam. Ia kembali ke kamarnya dengan mengendong Syasya. Bundanya bercerita
demikian hanya ingin membuat Rere menyayangi Syasya sebagai makhluk mungil yang
cantik ciptaan Tuhan yang Maha Keren!
“Bun, andai
sekolah membolehkan membawa Syasya sekolah, Rere akan senang banget!”
“Wah, jangan
sayang. Sekolah itu salah satunya untuk bersosialisasi dengan sesama anak.
saling kenal, saling bersahabat, saling berdisikusi, dan saling bantu. Rere
bersekolah agar bisa berkomunikasi dengan yang lain. Bersama Syasya hanya
dirumah karena waktu bersama Syasya tidak dimiliki teman-teman Rere. Waktu
bersama Syasya hanya untuk Rere. Ok?”
“iya, Bun.
Hehehe!”
Tiga hari
kemudian.
Syasya sakit.
Ia tidak mau makan dan minum. Badannya mulai lebih ringan. Ia banyak tidur di
tepian tempat tidur Rere. Tentu Rere sangat sedih. Ayah bundanya sudah
mengusahakan perawatan Syasya dan obat-obatannya ke dokter spesialis hewan.
Rere sering menangis. Rere sering berdoa. Ia tak sabar ingin Syasya sembuh.
“Tuhan kan
maha hebat, Tuhan kan maha mengabulkan semua doa, tolong Tuhan, jangan lama-lama
membuat Syasya sakit. Rere tidak tahan melihatnya lemas dan tidur. Maaf Tuhan
bukan bermaksud memerintahMu untuk menyembuhkan Syasya, tapi kalau boleh Rere
mohon Rere ingin melihat Syasya tidak sakit lagi. Rere ingin melihat Syasya
sehat dan ceria menemani Rere setiap hari. Aamiin!” Rere terisak.
Teringat
kisah bundanya ketika Syasya setiap malam menjaga tidurnya. Kini, saatnya,
waktunya bagi Rere untuk melakukan hal yang sama yakni menjaga Syasya,
pikirnya. Ia juga memberikan selimut hangat buat Syasya. Ia jadi jarang tidur
malam. Takut Syasya terjaga mau beol atau pipis. Ia juga menyiapkan minum,
siapa tahu Syasya terbangun kehausan. Rere mengelusnya sering-sering. Pikirnya
siapa tahu dengan belaian kasih sayang membuat Syasya lebih cepat pulih.
“Rere tidur
dulu. Kamu sudah kelihatan capek. Biar Bunda yang jaga. Gantian!”
“Tidak Bunda.
Rere ingin jaga Syasya paling tidak membetulkan selimutnya!”
“Ya sudah,
kita jaga bersama ya.”
Rere tiduran
di pangkuan bunda sambil mengelus Syasya. Ia pun tak tahan kemudian tertidur
pulas. Bundanya yang membetulkan selimut Syasya dan juga Rere.
Post a Comment for "SYASYA SI PENJAGA SELIMUT"